The Moment Of Lift: Kunci Perubahan Dunia Terletak Pada Pemberdayaan Perempuan

 


Pernah dengar soal SDGs 2030? 

Pada tahun 2015, PBB mengesahkan Sustainable Development Goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai oleh semua negara. Perjanjian ini terdiri dari 17 tujuan, diantaranya mengentaskan kemiskinan, akses pendidikan untuk semua, penyediaan air bersih, dan lebih lengkapnya bisa lihat di sini. Dari 17 tujuan, kesetaraan gender jadi salah satu poin penting yang harus dicapai bersama. Menariknya, satu poin ini memegang kunci atas keberhasilan goals yang lainnya. The Moment of Lift menggambarkan dengan jelas bagaimana kesetaraan gender berperan penting dalam kemajuan peradaban manusia. 

Melinda Gates bercerita tentang pengalaman selama 20 tahun di organisasi yang dia bangun, Bill and Melinda Gates Foundation. Awalnya, organisasi filantropi ini membuat program perencanaan keluarga untuk orang-orang miskin di negara-negara berkembang, seperti Afrika dan India. Namun, semakin mereka menjalankan program dan bertemu langsung dengan para perempuan miskin, mereka mulai melihat satu-persatu gambaran besar yang seharusnya mereka capai. Kesetaraan genderlah gambaran besar tersebut. 

Di buku ini, Melinda menuliskan kisah para perempuan yang pilu. Namun, lewat cerita-cerita mereka, pembaca diajak untuk berpikir secara runut dan logis yang akhirnya menjawab kenapa pemberdayaan perempuan itu sangat krusial. Sumber semua masalah ini sebenarnya adalah kemiskinan struktural. Melinda dan berbagai organisasi filantropi di luar sana berusaha mengentaskan kemiskinan jenis ini. 

Dalam 344 halaman, terlihat jelas bagaimana pengalaman Melinda akhirnya bisa merunutkan dan memecahkan masalah ini.  

Begini siklusnya. Saat seseorang terlahir di keluarga miskin, dia akan kesulitan untuk bersekolah karena sibuk mengurus banyak adiknya sementara orang tua mereka berkerja. Mereka punya banyak anak karena tidak paham perencnaan keluarga atau tidak punya akses ke alat kontrasepsi. Mereka kesulitan memberikan semua anak mereka makan. Maka, kalau mereka punya anak perempuan, ia akan lebih muda dinikahkan agar mengurangi beban.

Si anak yang nikah muda tidak akan lanjut sekolah dan akan selamanya melayani sumainya. Dia juga tidak bisa bekerja karena di rumah dia akan sibuk mengurus urusan rumah tangga dan membesarkan anak. Kalaupun ada kesempatan kerja, dia tidak punya penghasilan yang cukup karena keterbatasan ketrampilan dan jam kerja yang dia lebih banyak habiskan untuk mengurus pekerjaan rumah. Akhirnya perempuan tetap tidak berkembang dan masih terjebak dalam kemiskinan stuktural. Nah, permasalahan yang saling berkaitan inilah yang sebagian besar buku ini bicarakan. 

Tidak hanya pada perempuan miskin yang hidup di negara berkembang, Melinda juga mengajak pembaca untuk melihat realita di negaranya sendiri yang selama ini sangat maju dan berkuasa. Bahkan, perempuan-peremuan di kota tidak juga terbebas dari ketimpangan. 

Isu-isu yang dibahas dalam buku ini juga mencakup kesehatan ibu dan bayi, perencanaan keluarga, pendidikan perempuan, kerja tanpa dibayar, pernikahan di bawah umur, perempuan di bidang pertanian, dan perempuan di tempat kerja. Semua isu ini seperti tembok penghalang. Kalau diruntuhkan, tidak hanya perempuan yang terbebas dari kemiskinan, tetapi juga bisa mengangkat perempuan menjadi setara dengan laki-laki di semua budaya dan lapisan masyarakat.  

Sebenarnya, solusi dari semua permasalahan di atas cukup sederhana. 

Ketika perempuan mendapatkan haknya, keluarganya berkembang, begitu pula masyarakat. Kapan pun kita melibatkan suatu kelompok yang telah diasingkan, kita mendatangkan manfaat bagi semua orang. Lalu, ketika kita bekerja dalam tataran global untuk melibatkan para perempuan dan gadis, yang jumlahnya setengah dari tiap populasi, kita bekerja untuk mendatangkan manfaat bagi semua anggota dari setiap komunitas. 

Dari tingginya tingka pendidikan, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi sampai rendahnya persalinan pada remaja, kekerasan domestik, dan kejahatan. Keterlibatan dan meningkatnya harkat perempuan berkaitan dengan tanda-tanda sebuah masyarakat yang sehat. 

Kalau perempuan dapat memutuskan apakah dan kapan dia ingin punya anak, kalau perempuan dapat memutuskan dia ingin menikah, kapan, dan dengan siapa. Kalau perempuan punya akses terhadap perawatan kesehatan, tidak terus-menerus bekerja tanpa dibayar, memperoleh pendidikan yang kita inginkan. Kalau perempuan diperlakukan dengan hormat di tempat kerja, mendapat hak yang sama dengan laki-laki, dan berkembang dengan bantuan sesama perempuan dan laki-laki yang melatih kita dalam bidang kepemimoinan serta mendukung kita mencapai kedudukan tinggi. Perempuan akan berkembang, begitu pula keluarga dan lingkungannya. Kesetaraan gender akhirnya mengangkat harkat semua orang. 

Buku ini secara keseluruhan benar-benar membuka mata para pembacanya. Sebagai perempuan dan membaca kisah perempuan lain di dalam buku ini, rasanya ikut sedih dan marah. Di Indonesia, banyak juga kasus-kasus serupa yang masih terjadi sampai sekarang. Secara pribadi, aku memang tidak pernah mengalami hal esktrem dan beruntung punya hak bersuara dan berkembang lewat pendidikan. Namun, aku menyadari banyak ketimpangan yang bias dalam budaya dan masyarakat Indonesia. 

Saat ini, bahkan belum ada satu negara pun yang mencapai kesetaraan gender. Pada tahun 2020, dalam bidang pekerjaan misalnya, Islandia memegang rekor sebagai negara yang paling setara dalam memberi upah. Itu pun masih ada perbandingan  1:0,8 $, artinya untuk pekerjaan di level yang sama, setiap perempuan dibayar 0,8 dollar, sementara laki-laki dibayar 1 dollar. Inilah mengapa kesetaraan gender ada dalam salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan. Masih banyak pekerjaan rumah tangga untuk semua orang di bidang ini. Dan, buku ini adalah salah satu langkah untuk  menyadarkan semua orang.

The Moment of Lift sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh semua orang. Untuk perempuan yang tanpa sadar kehilangan haknya, untuk laki-laki yang terkurung dalam budaya patriarki yang justru membuatnya tertekan, dan untuk masyarakat yang menginginkan perubahan. 


Comments

Popular Posts