Review - Buku Puisi "Paris Belum Ingin Tidur"


Judul: Paris Belum Ingin Tidur

Penulis: Afina & Fauzan Iskandar

Penerbit: Bhuana Sastra

Tahun Terbit: 2018

Tebal: 137 halaman

ISBN: 978-602-455-254-1


Kenapa jingga giat berburu masa

Padahal daun tumbuh saja

belum siap jatuh 

Ranting juga sedikit pun tidak rapuh

Hei angin, jangan hadir terlalu cepat

Momentumnya belum tepat, kawan

Pantai dan taman belum usai beraksi

Masih ada matahari yang harus dinikmati

Datanglah pada bulan kesembilan 

Meskipun dirindukan

sekarang belum saatnya, teman

Kau bahkan tak diundang di pesta kebun 


Ketika sudah saatnya, 

baru datang lagi

ketika 

waktunya

tepat

***

Sekilas, ketika saya melihat cover-nya, buku ini seperti novel yang berlatar di Kota Paris. Namun, saat membuka satu-persatu halaman, ternyata buku ini adalah kumpulan puisi yang ditulis oleh dua orang kakak beradik. Konsep buku puisi ini sangat unik dan menarik. Penulis menggabungkan dua karya seni di dalamnya, yaitu puisi dan fotografi. Seperti yang sudah bisa ditebak dari judulnya, semua puisi dan foto berlatar di Paris. Pembaca seolah diajak menjelajah kota ini lewat frasa dan jepretan kamera yang memanja mata. 


Terdapat dua bagian puisi di buku ini, satu yang ditulis oleh Afina dan satunya oleh Fauzan. Saya sempat mengira kalau puisinya akan berotasi di tema cinta karena Paris identik dengan tema tersebut. Di dalam buku ini, justru banyak tema yang ditampilkan. Puisi-puisi Afina, misalnya, ada yang bercerita tentang mimpi, kehidupan Paris yang monoton di metro, macaron (kue khas Prancis), musim gugur, pujangga, atau pun toko buku terkenal di Paris. Sementara, puisi yang ditulis oleh Fauzan lebih menggambarkan perasaan yang beragam ketika berada di kota ini; kagum, suka, cinta, rindu atau sendu. 


Saya tahu kalau salah satu penulis memang tinggal di Paris. Makanya, saya bisa melihat  karakteristik puisi dari masing-masing penulis. Bisa disimpulkan, puisi Afina menyuarakan sisi-sisi Paris yang tak banyak diketahui orang karena penulis sudah bertahun tahun mengeksplorasi kota itu. Sementara, puisi Fauzan seperti menyampaikan perasaan orang-orang yang baru datang ke Paris. Dua karakteristik yang berbeda ini justru menjadi hal yang melengkapi keseluruhan isi buku.


Sebenarnya, membaca buku puisi itu cukup sulit. Terkadang satu puisi harus dibaca berkali-kali supaya tahu apa maksud si penulis. Namun, buku ini punya kelebihan dibanding buku puisi yang biasa saya baca. Foto-foto yang disematkan di setiap puisi menambah pemahaman pembaca soal puisi tersebut. Secara pribadi, saya sangat suka menulis puisi yang terinspirasi dari sebuah foto. Biasanya, saya mempublikasikan puisi lewat Instagram dengan satu foto yang mewakili isinya. Konsep inilah yang menurut saya jadi daya tarik tersendiri. Terlebih, foto yang ditampilkan di buku ini kualitasnya sangat bagus. Beberapa puisi bahkan diberi pembatas dengan satu atau dua halaman penuh foto. Saya bisa merasakan atmosfer kota Paris lewat foto-foto tersebut. 


Secara keseluruhan, buku ini cocok untuk siapapun yang butuh bacaan ringan sambil ‘berkeliling’ di kota romantis. Namun, jumlah puisi di buku ini lebih sedikit dibandingkan dengan buku puisi yang lain. Jadi, kurang cocok untuk pembaca yang lebih suka berlama-lama menyelam dalam puisi yang rumit. 

***

Karena menurutku

Paris adalah satu-satunya 

Kota yang bisa mengerti 

Arti dari sendu 

Dari kisah setiap insan yang bercinta


Indah menuturkan 

Lampu demi lampu yang redup

Tenangkan napasmu

Paris pasti akan selalu menggenggam 

Segala hal tentang cerita

Antara diriku dan dirimu 


Comments

Popular Posts