10 Hari Bercerita by Mita Aulia (Bag. 1)
Hello, readers :) long time no see. Forgive my busy activity these months so i could not post yet.
Kali ini aku akan membagikan tulisan yang aku buat untuk event @30haribercerita di instagram yang biasanya mengadakan acara di awal tahun. Nah, di pertengahan tahun kemarin, tepatnya di bulan Mei, akun ini mengadakan event bertajuk 10 Hari Gelisah Menulis : Aku Gelisah Maka Aku Mengubah
Selama 10 hari, ratusan peserta mengunggah cerita dan foto sesuai tema yang sudah diberikan penyelenggara, aku salah satunya. Walaupun tidak ada satu ceritapun yang di re-post oleh admin akun @30haribercerita tetapi aku tetap senang, apalagi banyak respon positif dari teman-teman yang membaca tulisanku. Secara tidak sengaja, itu semua membangkitkan semangat menlisku yang sudah lama pudar ditelan badai kesibukan.
Well, aku harap tulisan ini juga bisa memberi kesan positif bagi siapapun yang membacanya.
Here it is.. Happy reading :)
Day 1 : Arrgghh
Sadar atau tidak waktu
berlalu begitu cepat. Saking cepatnya aku mulai takut apa yang sudah kulakukan
ternyata hanya buang-buang waktu saja.
Di satu pagi, aku termenung. Kuingat-ingat lagi apa yang sudah kulakukan selama ini juga mimpi-mimpi yang ku coba raih. Kuliah, tugas, rapat organisasi, rapat ukm, rapat kepanitiaan, latihan rutin di ukm yang aku ikuti, hangout, menonton film, datang ke acara tertentu. Tetapi..arghhh aku melupakan satu hal ; menulis. Sedikit sekali waktu yang bisa kuluangkan untuk menulis padahal itu juga langkah menuju mimpiku.
Aku menemukan banyak hal menarik, juga mengalami hal-hal yang membuatku senang,sedih, kecewa, bimbang dan perasaan lainnya. Namun, aku tak pernah bisa mengungkapkan itu semua. Kulalui hariku bagai mengikuti arus. Kutergerus dengan kesibukanku sendiri tanpa melihat ada hal lain yang bisa kujadikan kesibukan.
Rasanya sayang sekali melewati hari tanpa mengabadikannya. Bukan dengan potret, bukan juga dengan menyimpannya di pikiran, tetapi dengan menulis. Dengan menulislah kita abadi. -renungan yang telat sehari-
Di satu pagi, aku termenung. Kuingat-ingat lagi apa yang sudah kulakukan selama ini juga mimpi-mimpi yang ku coba raih. Kuliah, tugas, rapat organisasi, rapat ukm, rapat kepanitiaan, latihan rutin di ukm yang aku ikuti, hangout, menonton film, datang ke acara tertentu. Tetapi..arghhh aku melupakan satu hal ; menulis. Sedikit sekali waktu yang bisa kuluangkan untuk menulis padahal itu juga langkah menuju mimpiku.
Aku menemukan banyak hal menarik, juga mengalami hal-hal yang membuatku senang,sedih, kecewa, bimbang dan perasaan lainnya. Namun, aku tak pernah bisa mengungkapkan itu semua. Kulalui hariku bagai mengikuti arus. Kutergerus dengan kesibukanku sendiri tanpa melihat ada hal lain yang bisa kujadikan kesibukan.
Rasanya sayang sekali melewati hari tanpa mengabadikannya. Bukan dengan potret, bukan juga dengan menyimpannya di pikiran, tetapi dengan menulis. Dengan menulislah kita abadi. -renungan yang telat sehari-
Day 2 : Berani
Bersuara Berani
Ingin sedikit bercerita
tentang apa yang saya temui di trotoar dekat jalan masuk kampus hampir setiap
hari. Salah satu pot bunga yang harusnya ditumbuhi dedaunan hijau ini, kini
beralih fungsi. Dulu, hampir setahun yang lalu, saya sangat suka melewati jalan
ini karena memang jalan utama dekat kampus dan belasan pot dengan dedaunan
hijau dan oranye disetiap jarak 3 meter, menyejukkan mata ditengah hiruk
pikuknya kendaraaan.
Entah sejak kapan, saya pun tak begitu ingat, tanaman di pot-pot itu mulai layu hingga akhirnya hilang tak berbekas. Saya sempat berpikir, mungkin nanti akan diganti dengan tanaman yg baru, tetapi sampai sekarang tidak ada satupun tanaman baru. Pot-pot ini hanya berisi tanah yang ditumbuhi dengan rumput liar dan yang paling membuat gelisah adalah adanya sampah!.
Ya, sampah! Sebenarnya saya merasa sangat tidak nyaman juga risih. Apalagi ketika tempat yang seharusnya indah malah dijadikan tempat membuang sampah. Memang saya tak melihat adanya tempat pembuangan sampah yang memadai di sekitar jalan ini. Tetapi hei..bukankah kita diajari sejak menginjakkan kaki di sekolah untuk tidak membuang sampah sembarangan? Bukankah hal itu sesuatu yang sederhana dan mudah sekali untuk dilakukan? Sekalipun kita tidak menemukan tempat sampah, bisakah menunda membuangnya minimal sampai rumah, dimana notabenenya kita punya tempat sampah di rumah, kan?
Saya tahu ini hal yang sangat kecil, tetapi jika lama-lama dibiarkan bukan tidak mungkin masalah ini akan membawa dampak yang mengerikan. Bukankah kita tak mau dirugikan? Dan bukankah kita semua menyukai keindahan? Maka, jangan buang sampah sembarangan. Apalagi buang mantan sembaragan..eh. Bercanda hehe. Sudah ah, saya juga sudah mulai nyampah di timeline kalian. Cuitan ini saya akhiri. Terima kasih sudah membaca sampai akhir dan selamat malam ☺
Entah sejak kapan, saya pun tak begitu ingat, tanaman di pot-pot itu mulai layu hingga akhirnya hilang tak berbekas. Saya sempat berpikir, mungkin nanti akan diganti dengan tanaman yg baru, tetapi sampai sekarang tidak ada satupun tanaman baru. Pot-pot ini hanya berisi tanah yang ditumbuhi dengan rumput liar dan yang paling membuat gelisah adalah adanya sampah!.
Ya, sampah! Sebenarnya saya merasa sangat tidak nyaman juga risih. Apalagi ketika tempat yang seharusnya indah malah dijadikan tempat membuang sampah. Memang saya tak melihat adanya tempat pembuangan sampah yang memadai di sekitar jalan ini. Tetapi hei..bukankah kita diajari sejak menginjakkan kaki di sekolah untuk tidak membuang sampah sembarangan? Bukankah hal itu sesuatu yang sederhana dan mudah sekali untuk dilakukan? Sekalipun kita tidak menemukan tempat sampah, bisakah menunda membuangnya minimal sampai rumah, dimana notabenenya kita punya tempat sampah di rumah, kan?
Saya tahu ini hal yang sangat kecil, tetapi jika lama-lama dibiarkan bukan tidak mungkin masalah ini akan membawa dampak yang mengerikan. Bukankah kita tak mau dirugikan? Dan bukankah kita semua menyukai keindahan? Maka, jangan buang sampah sembarangan. Apalagi buang mantan sembaragan..eh. Bercanda hehe. Sudah ah, saya juga sudah mulai nyampah di timeline kalian. Cuitan ini saya akhiri. Terima kasih sudah membaca sampai akhir dan selamat malam ☺
DAY 3 :
Berbeda Bersama
"Sajak Perbedaan"
Siang itu, langit berawan. Ku memandang cakrawala yang tampak damai, tapi tidak dengan yang sedang dinaunginya. "Isu perbedaan" menjadi perbincangan yang tak pernah habis dibahas. Sejenak ku berpikir. Kini mataku sibuk memerhatikan sekeliling. Dua jalan yang berdampingan, trotoar dan pot tanaman penghias, lampu di sisi jalan, kendaraan yang berlalu lalang, pepohonan rindang, papan iklan, bangunan, langit luas dan tak lupa orang-orang yang punya kesibukan. Seketika ada yang menggelitik akal pikirku...
Kau tahu apa? Ya! Semua itu berbeda. Aku, kamu, kita, dia, mereka, semua juga berbeda! Lalu? Apakah selama ini kita mempermasalahkan perbedaan disaat kita punya pilihan untuk bersama? Ya! Tak sedikit orang yang mempermasalahkan itu. Tetapi coba lihat sekali lagi potret ini, bukankah mereka padu? Lalu mengapa kita tak coba untuk berpadu?
Kuberpikir sekali lagi. Perbedaan itu menciptakan keselarasan yang indah. Tentunya jika dibarengi dengan sikap toleransi. Sekali lagi, memang apa salahnya berbeda? Bukankah kita memang diciptakan tidak sama? .
-Berbeda Bersama
Siang itu, langit berawan. Ku memandang cakrawala yang tampak damai, tapi tidak dengan yang sedang dinaunginya. "Isu perbedaan" menjadi perbincangan yang tak pernah habis dibahas. Sejenak ku berpikir. Kini mataku sibuk memerhatikan sekeliling. Dua jalan yang berdampingan, trotoar dan pot tanaman penghias, lampu di sisi jalan, kendaraan yang berlalu lalang, pepohonan rindang, papan iklan, bangunan, langit luas dan tak lupa orang-orang yang punya kesibukan. Seketika ada yang menggelitik akal pikirku...
Kau tahu apa? Ya! Semua itu berbeda. Aku, kamu, kita, dia, mereka, semua juga berbeda! Lalu? Apakah selama ini kita mempermasalahkan perbedaan disaat kita punya pilihan untuk bersama? Ya! Tak sedikit orang yang mempermasalahkan itu. Tetapi coba lihat sekali lagi potret ini, bukankah mereka padu? Lalu mengapa kita tak coba untuk berpadu?
Kuberpikir sekali lagi. Perbedaan itu menciptakan keselarasan yang indah. Tentunya jika dibarengi dengan sikap toleransi. Sekali lagi, memang apa salahnya berbeda? Bukankah kita memang diciptakan tidak sama? .
-Berbeda Bersama
DAY 4 : Copas
Dari Grup Sebelah
Sebenarnya saya bingung mau
nulis apa hari ini, setelah membaca tema yang diberikan @30haribercerita . Seharian ini saya mikir, "hmm nulis apa
ya? Hoax? Copas dari grup sebelah? Banyak sih tapi kok saya jadi bingung.
Walaupun saya tahu pasti ada sesuatu yang menarik"
Ah! Saya jadi ingat masa smp beberapa tahun yang lalu. Saat media sosial belum se-booming sekarang. Saat itu kami masih menggunakan pesan singkat sebagai media komunikasi paling utama. Isu saat itu bukanlah "copas dari grup sebelah" tetapi "teruskan pesan ini ke (jumlah) kontak anda jika tidak maka .....". Gimana? Ada yang ingat dan pernah mengalami? Berarti kita seumuran hehe.
Ah! Saya jadi ingat masa smp beberapa tahun yang lalu. Saat media sosial belum se-booming sekarang. Saat itu kami masih menggunakan pesan singkat sebagai media komunikasi paling utama. Isu saat itu bukanlah "copas dari grup sebelah" tetapi "teruskan pesan ini ke (jumlah) kontak anda jika tidak maka .....". Gimana? Ada yang ingat dan pernah mengalami? Berarti kita seumuran hehe.
Saya ingat sekali ada satu pesan yang diawali
dengan cerita yang saya yakin adalah karangan semata dan diakhir kalimat
tertulis "teruskan pesan ini ke 10 teman kamu jika tidak maka kamu akan
menjadi lajang selamanya" Wah saya gak mau dong jomblo selamanya jadi saya
teruskan pesan itu tanpa pikir panjang, walaupun sampai sekarang juga masih
jomblo 😂
Hoax itu sebenarnya sudah ada sejak lama, sekarang hanya pindah media saja. Dan bodohnya, dulu saya percaya itu semua. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya belajar dan terus belajar hingga menemukan banyak hal. Dan akhirnya saya mulai bisa mencerna dan memilah-milah tulisan yang nyata atau memang sekedar hoax. Sekian. ☺
Hoax itu sebenarnya sudah ada sejak lama, sekarang hanya pindah media saja. Dan bodohnya, dulu saya percaya itu semua. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya belajar dan terus belajar hingga menemukan banyak hal. Dan akhirnya saya mulai bisa mencerna dan memilah-milah tulisan yang nyata atau memang sekedar hoax. Sekian. ☺
DAY 5 : Buat
Apa Sekolah
Dulu, buat saya sekolah itu
cuma dateng pagi kurang dari jam 7, duduk manis di kelas, serius catat
pelajaran dan omongan guru, istirahat, belajar lagi, selesai kelas langsung
pulang. Hari sabtu ikut ekstrakurikuler dari jam 8-12. Sisanya, belajar di
rumah atau main sama temen-temen.
Tetapi sejak awal SMA, saya mulai mikir, masa sekolah gini-gini aja, sih?. Lalu, saya memutuskan untuk aktif di organisasi dan ekstrakurikuler, pilihan pertama jatuh pada OSIS. Di tahun pertama, saya sempat ikut seleksi tapi akhirnya malah ngundurin diri karena beberapa hal. Kecewa sama diri sendiri, tapi saya tetap berpikir positif dan akhirnya aktif di salah satu ekskul, Sastra dan Budaya.
Di tahun kedua, saya coba ikut seleksi OSIS lagi, kali ini saya diutus jadi perwakilan ekskul. Walaupun sempat ada konflik di tengah-tengah proses seleksi, akhirnya saya resmi jadi pengurus OSIS. Gak tanggung-tanggung, waktu itu saya dikasih kepercayaan buat jadi bendahara 2. Seneng banget rasanya ketika salah satu target itu tercapai.
Satu tahun berlalu, waktu terasa begitu cepat. Saya belajar dan mengalami banyak hal. Kerja sama, komunikasi yang baik, pengelolaan keuangan, manajemen diri, mengelola suatu acara, manajemen waktu, Alhamdulillah semua itu berguna banget di dunia perkuliahan. Suka, duka, konflik, waktu-waktu sibuk, kejadian-kejadian tak terlupakan, semua berharga. .
Karena bagi saya, sekolah itu gak hanya tentang menuntut ilmu di kelas. Tetapi, tentang bagaimana kita mengembangkan diri dan potensi. Salah satunya dengan ikut organisasi. Sekian.
Tetapi sejak awal SMA, saya mulai mikir, masa sekolah gini-gini aja, sih?. Lalu, saya memutuskan untuk aktif di organisasi dan ekstrakurikuler, pilihan pertama jatuh pada OSIS. Di tahun pertama, saya sempat ikut seleksi tapi akhirnya malah ngundurin diri karena beberapa hal. Kecewa sama diri sendiri, tapi saya tetap berpikir positif dan akhirnya aktif di salah satu ekskul, Sastra dan Budaya.
Di tahun kedua, saya coba ikut seleksi OSIS lagi, kali ini saya diutus jadi perwakilan ekskul. Walaupun sempat ada konflik di tengah-tengah proses seleksi, akhirnya saya resmi jadi pengurus OSIS. Gak tanggung-tanggung, waktu itu saya dikasih kepercayaan buat jadi bendahara 2. Seneng banget rasanya ketika salah satu target itu tercapai.
Satu tahun berlalu, waktu terasa begitu cepat. Saya belajar dan mengalami banyak hal. Kerja sama, komunikasi yang baik, pengelolaan keuangan, manajemen diri, mengelola suatu acara, manajemen waktu, Alhamdulillah semua itu berguna banget di dunia perkuliahan. Suka, duka, konflik, waktu-waktu sibuk, kejadian-kejadian tak terlupakan, semua berharga. .
Karena bagi saya, sekolah itu gak hanya tentang menuntut ilmu di kelas. Tetapi, tentang bagaimana kita mengembangkan diri dan potensi. Salah satunya dengan ikut organisasi. Sekian.
Lho..bukannya 10 hari? Kok baru 5? Eits..tenang postingan ini akan dibuat dua bagian untuk efektivitas membaca. So..tunggu bagian selanjutnya ya! See ya!
Comments
Post a Comment