30 Hari Bercerita 2019 - Kumpulan Puisi dan Sajak

30 hari bercerita adalah event tahunan dari akun @30haribercerita di Instagram yang menantang siapapun untuk menulis selama 30 hari penuh di bulan Januari setiap tahunnya. Jenis tulisan dan tema bebas, tetapi ada beberapa hari yang sudah ditentukan temanya untuk menambah kreativitas peserta. Tahun ini, saya berhasil menulis sebanyak dua puluh dua cerita (lebih banyak dari tahun lalu) dengan berbagai bentuk, seperti artikel, sajak, puisi, cerpen, dan pikiran-pikiran acak yang tertuang dalam tulisan.

Di post kali ini, saya akan membagikan puisi-puisi dan sajak yang dihasilkan selama 30 hari bercerita. Silahkan dibaca!

1. Yang Tak Selesai 



Aku ingin menulis sajak⁣⁣

tentang senja yang membawamu hilang dalam kelam⁣⁣

tentang rinai yang membasahi hari saat hati gundah⁣⁣

tentang semilir angin yang membelai lembut jendela⁣⁣

seolah ingin menyampaikan pesan⁣⁣

juga tentang mayapada yang terkunci pada setiap tatap retina⁣⁣

berharap kita dipayungi cakrawala yang sama⁣⁣

atau tentang kisah penuh teka-teki yang tak pernah disepakati di awal pertemuan⁣⁣

⁣⁣

Aku ingin menulis sebuah lagu⁣⁣

tentang ribuan fajar yang telah lalu⁣⁣

sama seperti waktu yang tak tahu malu⁣⁣

seperti durjana merenggut renjana yang terkubur benalu⁣⁣

juga tentang najam yang merajam setiap asa yang selalu padam⁣⁣

⁣⁣

Aku ingin sebuah cerita rampung⁣⁣

seperti ombak yang membawa pulang nelayan melaut

seperti senja yang tenggelam di pelupuk mata sesaat badai datang menerpa

seperti titik dalam sebuah cerita untuk menemui akhir dari mula


Tetapi

seelok apapun ribuan frasa yang pernah kurangkai

tak pernah menjadikanku lihai bersastra

sebab selalu ada yang rumpang dalam jeda berkepanjangan

selalu ada yang mengganjal di dalam sukma

selalu ada puisi-puisi yang tak pernah selesai


Dan pada setiap yang tak selesai

ruang imaji membuka jerujinya, seluas-luasnya

2. Mengapa dan Bagaimana




Pada bongkahan asa⁣

di sudut kecil ruang nestapa ⁣
secercah tanya menganga ⁣
melambung dari angkasa aksara⁣
Kutemukan berbagai frasa⁣
berserakan di titik jeda⁣
antara paragraf-paragraf
pada kisah dua insan
Mengapa dan bagaimana
diksi yang akrab di ujung cakap
mencengkram bahu kedua tatap
membiarkan sehelai ragu merayap
Bersisian punggung⁣
kini mereka sibuk berkontemplasi⁣
mencari jawab pada labirin kata
mengais kalimat di tengah reda rinai yang membungkam cakrawala
Bahkan di tengah riuhnya jejalan manusia
di bawah atmosfer romansa yang sama
mereka membisu ⁣
sebab tak ada titik temu⁣
Sekali lagi⁣
mengapa dan bagaimana ⁣
membuncah dari relung pikir⁣
tapi kini mereka singgah pada akhir



3. Life

I've been contemplating how life is complicated as you're gettin' older, as you're considered to be an adult. ⁣


Why people do this and that.⁣

Why people don't.⁣

Why you continously gettin' involve in a situation that messed you up.⁣

And only meet a dead-end everytime you want to get out.⁣


It keeps circling in your mind and sometimes it burden you in everyday life. ⁣


Perhaps, ⁣

It's a fate.⁣

Or⁣

Simply just a way of how life gives us a lesson to learn.
 
4.  Tuan dan Puan

"Tak semua pandai menebak teka-teki, Puan" katanya.⁣⁣

⁣⁣

"Dan tak semua mudah mengungkap rasa, Tuan" balasnya.⁣⁣

⁣⁣

"Jelaskan saja secara gamblang, memang apa susahnya berterus terang? " tanya Tuan dengan gusar.⁣⁣

⁣⁣

"Aku selalu berterus terang. Puisi dan sajakku selalu gamblang. " jawab Puan.


"Tidak dengan puisi! Katakan saja seeksplisit mungkin. Aku tak mengerti" keluh Tuan. ⁣⁣

⁣⁣

"Tak selamanya sesuatu bisa diungkapkan secara eksplisit. Ada kalanya hal-hal implisit hadir supaya kita berpikir." balas Puan. ⁣⁣

⁣⁣

"Tetapi hal-hal implisit tidak menunjukkan presisi, sementara kita hidup di dunia dimana semua hal bisa diterima jika detail." jelas Tuan. ⁣⁣

⁣⁣

"Tuan, dalam puisi hal-hal presisi menjelma kata singkat penuh makna. Puisi satu bait bisa saja menyimpan berlembar-lembar fakta. Apa yang tak terlihat bukan berarti tak ada, apa yang tak tertulis bukan berarti tak punya arti." ungkap Puan. ⁣⁣

⁣⁣

"Ah sudahlah. Jangan membahas puisi. Jadi, bagaimana perasaanmu padaku?" tanya Tuan tiba-tiba. ⁣⁣

⁣⁣

Puan hanya tersenyum tipis dan membalas⁣⁣

"Seperti fajar yang mengetuk jendelamu setiap pagi, seperti cahaya senja yang mengakhiri hari lelahmu dan seperti semilir angin yang mengusap peluhmu. "⁣⁣

⁣⁣

"Ah, kamu terlalu puitis" keluh Tuan. ⁣⁣

⁣⁣
"Dan kamu terlalu apatis" balas Puan sambil tertawa.  

5. Sebab Aku  



Ada sajak-sajak yang tak pernah selesai⁣

Sama seperti kisah yang tak pernah usai⁣

Ada kata-kata yang tercekat di tenggorokan⁣

Saat sesuatu di dalam sukma terganjal

Ada ragu yang terus membelenggu⁣

Saat retina menyentuh titik temu⁣

Ada harap yang terus merayap⁣

Saat rutinitas adalah cakap⁣


Sebut saja aku berlebihan, tak apa⁣

Sebab aku penjaja kata yang buta arah⁣

Sebab aku pengedar diksi yang tak tahu sisi⁣
Sebab aku hanyalah penikmat puisi yang tak semua orang mengerti 


6. Sampai Jumpa 

Di antara kerumunan jubah merah, aku tak perlu susah menemukan tujuan. ⁣

Beberapa langkah lagi aku akan sampai. ⁣
Hanya saja, langkahku terhenti, beberapa hal bergumul dalam benak. ⁣
Aku menelusuri seribu senja yang telah lalu. ⁣
Saat sedikit waktu nyatanya malah merenggut mayapadaku. ⁣
Saat takdir sulit sekali melepas temu. ⁣
Saat sesuatu di dunia semu malah jadi tumpu.
Aku heran, bagaimana aku bisa bertahan melewati seribu fajar. ⁣
Bagaimana aku bertahan di sisi yang terlampau tak adil. ⁣
Hingga langkah ini menuju tujuan. ⁣
Aku putuskan untuk mengucap selamat tinggal, beserta tulisan dan bingkisan, juga bunga dari pedagang di tepi jalan. ⁣
Ku ucapkan selamat tinggal, untuk kisah yang memang tak pernah dimulai. ⁣
Namun, saat tatap bertukar terakhir kali. ⁣
Sesuatu dalam diri berdebat lagi. ⁣
"Bagaimana jika ucapkan sampai jumpa saja." terlintas dalam pikir tiba-tiba. ⁣
Kita tak pernah tahu sesungguhnya dimana batas akhir, bukan? ⁣
Benar juga. ⁣
Maka ku ucapkan sampai jumpa. ⁣
Sampai cerita sudi membuka jalan.
 

 

Comments