Eiffel, Gantungan Kunci dan Oleh-oleh


Dengan terburu-buru, kakiku melangkah keluar dari stasiun metro yang padat. Lalu lalang orang dari beragam kewarganegaraan tampak memenuhi tempat tujuan kami.
Di tempat bernama 'Place de Trocadero', menara Eiffel menyambut kami dengan megahnya. Pantas saja orang-orang berebut spot foto dengan latar menara ikonik ini. Kami pun tak ingin kalah. Foto grup, individu dan selfie memenuhi galeri foto ponsel.

Kami menuruni tangga dan melewati air mancur sambil mencuri-curi banyak foto, lalu menyebrangi jembatan 'Pont de l'ena' untuk sampai tepat di bawah menara Eiffel. Wisatawan semakin padat memenuhi area sekitar. Lalu sesorang melihatku sambil berkata "Mura mura satu euro lima". Ucap seorang penjual souvenir di kawasan Eiffel saat aku melintas di depannya.
Tak hanya satu, beberapa penjual yang lain juga ikut menawarkan barang dagangannya.
"Hah.. Ini aku ada di Paris atau di tanah abang sih" pikirku terkejut. Lebih terkejut lagi setelah menyadari betapa aku mudah ditebak sebagai orang Indonesia dengan wajah dan pakaian yang khas.

Kami beristirahat di bangku sekitar. Tiba-tiba temanku mengajak untuk melihat-lihat souvenir. Kami menghampiri seorang penjual souvenir, terdapat gantungan kunci, magnet dan miniatur Eiffel. "Bonjour", sapa kami. "Bonjour.. Mura mura satu euro lima", balasnya. Dipantik rasa penasaran, aku mengobrol dengan si penjual, sambil memilih-milih gantungan dan dalam bahasa perancis tentunya.

"Pak, kok Anda bisa bahasa Indonesia ?" tanyaku.
"Iya karena banyak turis dari Indonesia kesini dan saya belajar sedikit untuk menarik perhatian mereka ", jawabnya.
"Ohh, pasti turis Indonesia kalau beli banyak ya ? " tanyaku lagi.
"Tentu. Mereka sering memborong banyak souvenir. Tapi sekarang ini sangat jarang saya bertemu mereka. Biasanya orang Indonesia banyak kesini bulan Maret." jelasnya.
"Wah sudah kutebak, itu memang budaya hehe. Saya rasa mereka lebih suka kesini saat musim semi, karena kalau panas seperti sekarang sama saja dengan cuaca di negara kami. " balasku.
"Ohh, saya mengerti. Ngomong-ngomong, kalian bisa bahasa Perancis ? Ada acara apa kesini ? " tanyanya lagi.
"Iya, kami baru saja datang kesini untuk mengikuti program pertukaran pemuda frankofoni selama sebulan di 'département Deux-Sèvres' ", jawabku.
"Wah seru sekali." ujarnya.


Kami selesai memilih gantungan kunci, magnet dan miniatur yang akan kami beli. Aku membeli gantungan seharga 2€ dan beberapa magnet. Saat akan membayar, dia memberi kami bonus 2 gantungan masing-masing dan diskon untuk sisanya. Wah baik sekali. Lalu kami pamit. Dia berkata "semangat, semoga acara kalian sukses". "Merci", balas kami berbarengan.

Dari perbincangan itu, aku menangkap kesimpulan bahwa ;  satu, kalau kamu berwajah asia dan memakai kerudung, bisa dipastikan itu orang Indonesia (padahal bisa saja Malaysia). Dua, ternyata budaya membeli oleh-oleh secara impulsif  mendatangkan keuntungan mutualisme bagi pedagang (karena barang dagangan mereka laku) dan Indonesia (karena bahasa Indonesia turut terpromosikan).

Comments